Minggu, 10 November 2013

ASYIKNYA MEMBACA


Perpustakaan yang sering dianalogikan sebagai gudang ilmu, merupakan salah satu sarana pendidikan yang memiliki andil besar dalam mewujudkan manusia yang cerdas dan berpengetahuan sebagai langkah menuju masyarakat yang berperadaban. Keberadaan perpustakaan sesuai dengan tujuan Tuhan memerintahkan manusia untuk belajar (????? = membaca dalam arti luas, bukan hanya membaca buku). Oleh karena itu ia mutlak adanya, sebagaimana kaidah ushul fikih yang menyatakan bahwa â?? perintah melaksanakan kewajiban (belajar/ membaca) sama dengan perintah membuat sarana â??(perpustakaan, buku, alat tulis, computer, dll.). Wahyu pertama tersebut mengandung makna bahwa membaca merupakan kunci penambah pengetahuan. Ayat tersebut memberikan isyarat perlunya pendidikan yang mengajarkan dan memberitahukan sesuatu yang belum diketahui, yaitu yang berkaitan dengan Tuhan dan mahluk-Nya serta hukum-hukum-Nya yang berlaku dalam kehidupan dunia dan ahirat. Sejak zaman prasejarah hingga abad modern ini manusia tidak terlepas dari kebudayaan membaca dalam pengertian memaknai seluruh gejala alam. Manusia selalu berhadapan dengan proses berpikir dan memaknai seluruh fenomena alam yang terjadi. Lihat Q.S. Yunus : 101, Al-Jatsiyah :3, Al-Hijr :16, dan An-Nahl:65.1 Dengan membaca manusia mampu mengubah pola pikirnya dari negatif menjadi positif. Tindakan seseorang adalah buah/hasil dari pikirannya sehingga apa yang ia pikirkan itulah yang akan ia kerjakan. Dengan demikian apabila pola pikir manusia positif (baik), maka tindakan hidupnya pun akan positif.

Sumber: http://www.pemustaka.com/asyiknya-di-perpustakaan.html

Perpustakaan yang sering dianalogikan sebagai gudang ilmu, merupakan salah satu sarana pendidikan yang memiliki andil besar dalam mewujudkan manusia yang cerdas dan berpengetahuan sebagai langkah menuju masyarakat yang berperadaban. Keberadaan perpustakaan sesuai dengan tujuan Tuhan memerintahkan manusia untuk belajar (????? = membaca dalam arti luas, bukan hanya membaca buku). Oleh karena itu ia mutlak adanya, sebagaimana kaidah ushul fikih yang menyatakan bahwa â?? perintah melaksanakan kewajiban (belajar/ membaca) sama dengan perintah membuat sarana â??(perpustakaan, buku, alat tulis, computer, dll.). Wahyu pertama tersebut mengandung makna bahwa membaca merupakan kunci penambah pengetahuan. Ayat tersebut memberikan isyarat perlunya pendidikan yang mengajarkan dan memberitahukan sesuatu yang belum diketahui, yaitu yang berkaitan dengan Tuhan dan mahluk-Nya serta hukum-hukum-Nya yang berlaku dalam kehidupan dunia dan ahirat. Sejak zaman prasejarah hingga abad modern ini manusia tidak terlepas dari kebudayaan membaca dalam pengertian memaknai seluruh gejala alam. Manusia selalu berhadapan dengan proses berpikir dan memaknai seluruh fenomena alam yang terjadi. Lihat Q.S. Yunus : 101, Al-Jatsiyah :3, Al-Hijr :16, dan An-Nahl:65.1 Dengan membaca manusia mampu mengubah pola pikirnya dari negatif menjadi positif. Tindakan seseorang adalah buah/hasil dari pikirannya sehingga apa yang ia pikirkan itulah yang akan ia kerjakan. Dengan demikian apabila pola pikir manusia positif (baik), maka tindakan hidupnya pun akan positif. Membaca membuat manusia dapat mengambil keputusan dengan lebih cepat, tepat, dan bijaksana.
Sumber: http://www.pemustaka.com

Perpustakaan yang sering dianalogikan sebagai gudang ilmu, merupakan salah satu sarana pendidikan yang memiliki andil besar dalam mewujudkan manusia yang cerdas dan berpengetahuan sebagai langkah menuju masyarakat yang berperadaban. Keberadaan perpustakaan sesuai dengan tujuan Tuhan memerintahkan manusia untuk belajar (????? = membaca dalam arti luas, bukan hanya membaca buku). Oleh karena itu ia mutlak adanya, sebagaimana kaidah ushul fikih yang menyatakan bahwa â?? perintah melaksanakan kewajiban (belajar/ membaca) sama dengan perintah membuat sarana â??(perpustakaan, buku, alat tulis, computer, dll.). Wahyu pertama tersebut mengandung makna bahwa membaca merupakan kunci penambah pengetahuan. Ayat tersebut memberikan isyarat perlunya pendidikan yang mengajarkan dan memberitahukan sesuatu yang belum diketahui, yaitu yang berkaitan dengan Tuhan dan mahluk-Nya serta hukum-hukum-Nya yang berlaku dalam kehidupan dunia dan ahirat. Sejak zaman prasejarah hingga abad modern ini manusia tidak terlepas dari kebudayaan membaca dalam pengertian memaknai seluruh gejala alam. Manusia selalu berhadapan dengan proses berpikir dan memaknai seluruh fenomena alam yang terjadi. Lihat Q.S. Yunus : 101, Al-Jatsiyah :3, Al-Hijr :16, dan An-Nahl:65.1 Dengan membaca manusia mampu mengubah pola pikirnya dari negatif menjadi positif. Tindakan seseorang adalah buah/hasil dari pikirannya sehingga apa yang ia pikirkan itulah yang akan ia kerjakan. Dengan demikian apabila pola pikir manusia positif (baik), maka tindakan hidupnya pun akan positif.

Sumber: http://www.pemustaka.com/asyiknya-di-perpustakaan.html